Laman

Place 728 x 90 Ad Here

Sunday, April 26, 2015

Dear Diary

Dear Diary...

Pernah nulis kata-kata gitu? Pernah gak punya sebuah buku curahan hati lo? Gue pernah.

Diary pertama gue itu pas gue SD kelas 5. Itupun gara-gara pelajaran Bahasa Indonesia tentang diary dan gue, sebagai bocah yang pengen jadi kekinian saat itu, pun memutuskan untuk menulis diary. Dan alhasil gue ketagihan. Satu note kecil pun habis dilahap dengan tulisan curahan hati gue yang gak masuk akal.

Gue lupa apa aja isinya. Tetapi yang gue ingat pasti adalah itu hal-hal memalukan dan yang gue benci waktu itu. Karena udah penuh, akhirnya gue simpan di gudang. Sampai pada suatu ketika, gudang direnovasi dan semua barang-barang didalamnya dipilah-pilah mana yang masih bisa disimpan dan mana yang bisa dibuang. Dan kejadian itupun terjadi.

Gue, yang pada saat itu SMP entah kelas berapa, yang lagi-lagi menjadi remaja kekinian yang terjebak dengan internet, gak seberapa peduli dengan renovasi yang dilakukan. Tetapi beberapa saat terdengar suara cekikikan dari 2 makhluk yang bikin gue penasaran. Bukan ini bukan setan, lagian itu siang bolong tau. Pas gue cek kebelakang, ternyata adik gue dan temannya lagi megang sebuah buku. Dan ternyata buku itu adalah buku diary gue. Dan seketika pun mereka mengolok gue dengan isinya. Spontan gue merampas dan membakar buku diary itu. Ah, sebenarnya agak menyesal sih sudah membakarnya, tetapi ya mau diapakan, tulisan itu telah menjadi abu yang sudah beterbangan dan hilang.

Untuk masa kekinian, curhat di buku diary sudah menjadi hal yang cupu. Liat aja mainan anak zaman sekarang itu twitter, facebook, path dan konco-konconya. Buku diary mereka itu social media. Gue bahagia menjadi generasi yang bisa merasakan curhat di buku diary. Lo gimana? Pernah curhat di buku diary juga? Atau lo curhat di social media?

No comments:

Post a Comment