Laman

Place 728 x 90 Ad Here

Monday, March 16, 2015

Serpihan Debu atau Serpihan Kerinduan?

sumber gambar: google.

Akhir-akhir ini aku bersin-bersin tiada hentinya. Sekalinya bersin bisa terus-terusan sampai capek sendiri. Aku merasa kamarku penuh dengan debu. Ada dimana-mana. Tapi dilain kesempatan, aku merasa sesak di dada sebelum bersin yang tiada hentinya.Padahal sudah dibersihkan, tapi ya begitu. Hidungku yang terlalu sensitif atau ini adalah rangsangan hati yang sakit?

Sudah aku singgung diatas mengenai sesak di dada yang aku alami sebelum bersin, kan? Aku adalah tipe seonggok daging yang sensitif dengan yang namanya debu. Entah bagaimana penjelasan ilmiahnya, tetapi seperti itulah yang aku alami. Debu itu masuk ke dalam paru-paruku dan merangsang hidung dan bersin. Jangan bingung, karena aku pun bingung bagaimana cara menjelaskannya.

Keresahan yang aku alami sebenarnya bukan dari debu saja. Tapi akhir-akhir ini aku merasa bosan dan capek dengan rutinitas kuliah yang aku jalani dan berharap dengan sepenuh hati bisa pulang ke kampung halaman tercinta. Aku rindu kampung halamanku dan keluargaku yang jauh disana. Ini mungkin menjadi salah satu faktor penyebab keresahan di dadaku sehingga menyebabkan aku bersin-bersin. Entah bagaimana penjelesannya sampai-sampai bisa berakhir seperti ini. Aku merasa hal itu memang terjadi padaku.

Buat kalian yang mengerti bagaimana jauh dari kampung halaman dan sendirian dinegeri orang, aku sangat berterimakasih karena ternyata bukan hanya aku saja yang merasa seperti ini. Ada banyak kawanan manusia yang merasakan hal ini. Bahkan aku punya teman yang kuliah diluar negeri, dia tidak hanya rindu akan keluarga dan kampung halamannya, tetapi juga rindu pada sambal. Katanya diluar negeri sambalnya tidak sedahsyat pedasnya sambal di Indonesia, bahkan tidak pedas sama sekali. Disaat seperti ini aku bersyukur karena merantau hanya sebatas perbedaan pulau.

 Menyinggung serpihan kerinduan dengan kampung halaman dan keluargaku, banyak serpihan kerinduan lain yang aku rindukan. Rindu akan masa SMA, rindu akan teman-teman SMA, rindu kamarku di rumah, rindu masakan mama, rindu adik kecilku yang cerewet, rindu merasakan sensasi berdebar karena cowok, rindu akan cowok yang jauh di san---------ini fail banget. Bagian yang terakhir jangan kalian pedulikan.

Serpihan-serpihan kerinduan ini menyatu, membentuk prajurit-prajurit tak terkalahkan, menghancurkan dinding pertahananku, dan membuatku jatuh serta tak kuat menjalani semuanya. Aku menangis...dan berharap ada paling tidak seseorang yang memahamiku. Dan aku tahu orang yang selalu ada dan selalu menyayangiku itu mengerti. Kedua orang tuaku.

No comments:

Post a Comment