Laman

Place 728 x 90 Ad Here

Monday, April 10, 2017

Bicara Soal Perubahan

Beberapa waktu lalu, saya berkomunikasi via skype dengan kawan-kawan waktu SMA. Banyak hal kami bicarakan sambil sembari bernostalgia tentang hal-hal lalu. Membicarakan tentang kegiatan kami sekarang maupun apapun yang kami persiapkan untuk ke depannya. Pembicaraan yang menyenangkan dan hangat bersama mereka.

Ada satu pembahasan yang menyentil buat saya. Saya sendiri jarang suka membicarakan tentang diri sendiri. Namun mereka seperti berusaha mengorek tentang kehidupan saya. Mulai dari mengomentari tentang perubahan pada diri saya. Saya, dari tahun lalu, mulai memperhatikan diri sendiri. Entah itu mengenai skincare (wajah maupun tubuh), mulai memperhatikan pakaian yang digunakan dan yang paling kelihatan adalah saya mulai mendandani wajah. Tidak banyak dan ribet, cuma pakai bedak dan lipstik, akhir-akhir ini baru memakai alis kemana-mana. Tapi itu menarik perhatian mereka dan mulai berkomentar tentang hal itu.

Mereka bilang "Martha sudah kelihatan beda yaaa...sudah bla bla bla bla" omongan yang intinya itu bilang kalau penampilan saya sudah berbeda. Dan yang paling menyentil adalah ketika mereka beranggapan saya berubah karena orang lain. Saya suka sama seseorang makanya mulai dandan. Ada orang yang ingin saya beri kesan bahwa ini loh saya dan kalau sudah sadar bakal kembali lagi seperti Martha yang sebelumnya.

Dalam hati, saya kurang setuju dengan yang mereka bilang. Apa jawabannya tak bisa sesederhana saya ingin berubah untuk diri saya sendiri? Prinsip saya adalah ketika kita menghargai diri sendiri, orang lain pun turut menghargai kita. Ketika kita belajar mendengar apa mau diri kita, saya rasa orang disekitar kita pun akan melakukan hal yang sama. Saya mulai memperbaiki diri karena saya merasa orang disekitar saya sudah mulai salah menilai jati diri saya. Saya sering dipanggil ibu-ibu dan parahnya beberapa kali dipanggil mas. Dan itu terkadang melukai hati saya tanpa orang lain sadari. Maka dari itu saya bertekad menjadi orang yang mulai mendengar kata hati saya.

Dan dengan perubahan yang saya terapkan pada diri saya membuahkan hasil. Saya mulai dipanggil dengan sebagaimana mestinya. Yang tadinya sering sekali dipanggil ibu, sekarang sudah sering dipanggil mbak ataupun adik (makasih banget buat mereka yang memanggil saya adik, jarang-jarang loh hehe) walau masih ada beberapa yang memanggil ibu. Paling tidak saya sudah tidak dipanggil mas.

So, yang ingin saya sampaikan adalah bahwa perubahan dari diri sendiri tidak harus selalu karena orang lain. Memang dalam kasus saya karena orang lain namun dalam konteks saya adalah jati diri. Saya berpikir bahwa ketika kita mulai menghargai dan mendengar diri kita orang disekitar kita akan dengan sendirinya menghargai kita. Memulai sesuatu atas dasar diri kita dengan menghargainya, membuat orang disekitar kita juga berpikir dan mulai menghargai kita.

Sincerly,