Kamu |
Aku berpikir saat melihatmu memimpin barisan untuk latihan upacara, kamu adalah seniorku, namun kamu ternyata bukan. Kamu salah satu dari sekian Mahasiswa Baru yang dipilih untuk memimpin di depan. Astaga, dimana aku selama ini, sampai-sampai tidak menyadari kamu.....atau kamu yang sengaja hadir untuk mengacaukan pikiranku?
Awalnya kamu hanya sebatas "angin lalu" saja dimataku. Namun akhir-akhir ini, aku jadi merasa menyesal sudah menganggapmu demikian. Aku tidak bisa cukup menikmatimu. Cinta diam-diam, terluka diam-diam.
Kamu bukan lagi menjadi sebatas "angin lalu" saja, tetapi kamu jadi "angin taufan" yang memporak-porandakan dinding hatiku. Aku jatuh lagi.
Selama ospek, dirimulah yang menjadi perhatian keduaku. Kamu yang awalnya kesasar dan bingung mencari gugusmu, mengecek satu per satu daftar hadir, tidak luput daftar hadir gugusku. Waktu itu kamu masih menjadi "angin lalu" saja. Tetapi selanjutnya, aku menyesal dan diam-diam berharap, waktu itu kamu masuk gugusku dan bukannya gugus tetangga. Kamu berbeda. Kamu yang tidak terlalu bersemangat saat teman-temanmu bersemangat akan sesuatu. Kamu yang bersemangat akan sesuatu yang teman-temanmu tidak. Kamu sama seperti diriku. Bukannya hanya gede rasa belaka, aku memperhatikannya! Kamu jadi orang yang selalu aku cari setiap kali bubar.
Aku tersipu saat kamu tergagap karena aku terlalu intens menatapmu saat upacara sebelum ke Lawang. Kamu kelihatan seperti hilang pikiran. Entah aku terlalu percaya diri atau memang seperti itu. Kamu yang kepanasan karena panas yang begitu membara. Kamu yang selalu jadi perhatianku saat upacara itu berlangsung. Kamu lucu.
Dan 2 minggu aku tidak melihatmu. Aku mencari namun ternyata jam dan tempat kuliah kita tidak pas. Dan sampailah pada pengumuman yang menyatakan ada kegiatan lagi, yang melibatkan semua Mahasiswa Baru lagi. Aku benar-benar tidak sabar melihatmu lagi.
Dan sampailah pada hari yang ditentukan, kamu duduk paling depan di pojok dan masih sama. Rambutmu yang kau cepak pendek dengan batik ungumu itu. Aku benar-benar kangen.
Keesokan harinya adalah yang lebih spesial lagi. Kamu duduk disampingku kemudian berpindah ke depanku. Dan aku merasa seperti menjadi pemeran dalam cerpen "Hanya Isyarat" oleh Dewi Lestari. Ada kutipan yang pas banget, "Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun, orang itu hanya mampu kugapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang cuma sanggup kuhayati bayangannya dan tak akan pernah kumiliki seutuhnya." (rectoverso, 2012)
Dan hari itu, tanggal 28 September 2014, untuk pertama kalinya, kamu berbicara padaku. Kamu berbalik padaku dan bertanya "Punya tissue?" Aku sejenak terkejut, namun dengan cepat kucari tissue dan memberikannya padamu. Pertama kalinya, aku bersyukur karena telah -dengan tidak sengaja- menumpahkan air disitu.
Aku menunggu kejutan apalagi yang akan diberikan alam kepadaku. Aku berharap bisa bertemu secepatnya. Mungkin ini terdengar membosankan bagi kalian. Tetapi aku menikmatinya. Aku bahagia dan aku tidak peduli dengan sekitarku. Aku jadi satu-satunya orang yang menantikan kegiatan itu, dengan berdebar.
Untuk kamu,
aku merindukanmu!
No comments:
Post a Comment